Senin, 26 Oktober 2015

Proton Tepis Anggapan Mobil Nasional Tak Bisa Bersaing

Proton Tepis Anggapan Mobil Nasional Tak Bisa Bersaing
Di tengah pasar otomotif nasional yang tengah gandrung pada brand otomotif asal Jepang. Ternyata lain halnya dengan pasar otomotif di negeri tetangga, Malaysia. Ya, di negeri Jiran, merek lokal seperti Proton dan juga Perodua justru menjadi primadona.

Dilansir Paultan, Selasa, 27 Oktober 2015, berdasarkan data yang dikeluarkan Malaysia Automotive Association (MAA), Perodua yang merupakan perusahaan otomotif lokal Malaysia yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk Daihatsu justru berada di urutan pertama dengan perolehan 157.527 unit.
Sedangkan Proton berhasil menduduki peringkat kedua dengan total penjualan mencapai 78.836 unit. Sementara merek otomotif yang merajai pasar Indonesia justru berada di bawah dua merek tersebut, seperti Honda sebanyak 66.411 unit, lalu Toyota yang mencapai 62.097 unit dan Nissan tercatat 34.759 unit.

Tentu saja, hadirnya mobil nasional yang kerap dianggap tak mampu bersaing dengan brand luar, dapat ditepis pemerintah Malaysia. Karena, Proton yang menjadi mobil nasional masih bisa bertahan hingga sejauh ini.

Selain itu, adanya mobil nasional Proton di Malaysia, Indonesia seharusnya bisa bercermin, dan mencomot sisi positif serta kiat-kiat sukses yang ditorehkan negeri tetangga tersebut.

Pasalnya, sejak Proton berdiri pada 1983 yang kala itu diinisiatif Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, Proton bukan lah perusahaan otomotif yang langsung berdiri tegak dengan sendirinya.

Melainkan, perusahaan ini awalnya menggunakan teknologi dari perusahaan Jepang, yaitu Mitsubishi. Dan kini merekapun mengembangkan teknologinya sendiri, tanpa embel-embel bayangan Mitsubihsi.

Hingga mampu berdiri seperti saat ini, bukan perkara mudah. Mahathir Mohamad memang telah merencakananya adanya mobil nasioanl sejak dirinya menjadi deputi Perdana Menteri Malaysia pada 1979.

Dan akhirnya, pada 1982, proyek mobil nasional Malaysia disetuji dan secara resmi Proton didirikan pada 7 mei 1983.
Belum sampai disitu, pada 1996, guna diakui brand lokal rasa International, Proton yang mencapai produksinya ke sejuta unit juga mengakuisisi saham dari Grup Lotus.

Dan saat ini, Proton memang telah dijual di sejumlah negara di dunia mulai di negerinya sendiri, Malaysia, lalu Indonesia, Singapura, Brunai Darussalam dan kawasan Asia Tenggara lainnya, hingga berekspansi ke daratan Eropa dan Australia.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Sudah sejauh mana perkembangan mobil nasional yang dibuat anak bangsa?

Indonesia sendiri memang memiliki beberapa mobil yang merupakan hasil karya anak negeri, seperti salah satunya Esemka dan Komodo. Namun hingga saat ini Esemka yang awal kehadirannya tak lepas dari peran Walikota Solo, Joko Widodo, justru sirna ketika sang Walikota menjadi Presiden RI.
Orang nomor satu yang juga sempat menjadi Gubernur DKI Jakarta itu rupanya tak pernah lagi membahas Esemka. Ia seakan lupa jika popularitasnya didongkrak dengan mobil buatan Solo ini.
Sedangkan Komodo, perusahaan yang berdiri sendiri di Cimahi, Jawa Barat ini sebenarnya telah diincar beberapa negara untuk dibeli dan dicomot teknologinya. Namun kehadiran Komodo sendiri rupanya tak pernah disentuh oleh campur tangan pemerintah.
Hal itu juga dibenarkan President Director PT FIN Komodo Teknologi, Ibnu Susilo, dalam beberapa kesempatan. "Jika pemerintah hanya mendorong produsen otomotif asing untuk buka pabrik di sini (Indonesia) itu tidak akan menjawab persoalan. Kita tidak akan pernah punya mobil nasional," kata Ibnu kepada VIVA.co.id.
Tentu ini menjadi pemandangan yang miris terlebih saat Malaysia yang notabenenya masih serumpun mampu menghidupkan mobil nasionalnya meski harus lewat jalan panjang.

Sumber : http://otomotif.news.viva.co.id/news/read/692054-proton-tepis-anggapan-mobil-nasional-tak-bisa-bersaing

Baca Juga :
  • Undangan Tas
  • Agen Pulau Tidung
  • Pulau Harapan
  • Undangan Tas
  • Pulau pari
  • Pulau Tidung
  • Bacem Bumbu Otentik
  • Kuping Gajah Enak
  • Kue tart
  • Bolu Kukus
  • Kue Nastar
  • Kue Nastar Selai Nanas
  • Kue Cincin
  • Kue Kering
  • Kue Apem
  • Kue Cubit
  • Selasa, 10 Juni 2014

    Ahok Tak Mau Minta Maaf pada Roy Suryo

    Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku heran dengan somasi yang dilayangkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo kepada dirinya pada Senin, 9 Juni 2014 kemarin. Ahok mempertanyakan kepada siapa sebenarnya somasi tersebut dilayangkan.

    "Makanya aku juga bingung, Pak Roy itu mau somasi Ahok, apa Pemprov? Pak Suryo itu mengincar permintaan maaf dari saya atau Pemprov? Kalau somasi ke saya mah salah kamar. Masa ke Ahok? Aku enggak pernah ngomong kok," ujarnya saat melakukan blusukan ke Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa, 10 Juni 2014.

    Ia pun menolak permintaan Roy yang menginginkan klarifikasi pencabutan pernyataan serta permintaan maaf dari Ahok kepadanya yang harus dimuat oleh media dalam jangka waktu 3 x 24 jam.
    "Kalau enggak pernah salah, mau minta maaf gimana? Saya enggak pernah ngomong gitu, gimana?" ujarnya.

    Namun demikian, ia menyatakan apabila somasi itu ternyata memang dilayangkan kepada Pemprov DKI, maka dirinya siap untuk membalasnya.

    "Kalau kamu (Roy Suryo) mau Pemprov DKI yang minta maaf, ya kami menunggu somasinya. Akan kami balas secara hukum," ujarnya. - Pulau Tidung

    Ia pun memberikan klarifikasinya atas pernyataan yang dianggap Roy Suryo sebagai sebuah tudingan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada pemerintah pusat. Menurutnya, dalam pernyataannya itu ia tidak menuding pemerintah pusat telah menghambat pembangunan MRT.

    Justru menurutnya, pihak yang ia persalahkan dalam persoalan ini adalah anak buahnya sendiri yang menunda-nunda pengiriman surat bukti kepemilikan lahan Taman BMW, Sunter, Jakarta Utara.

    "Saya enggak ada pernah ngomong masalah MRT dihambat pusat. Justru yang saya marahin adalah anak buah saya. Kenapa sudah ada sertifikat, tapi enggak mau diserahkan sama Menpora. Padahal Menpora tinggal menunggu dapat sertifikat, kemudian kasih rekomendasi (pembongkaran Stadion Lebak Bulus)," ujarnya.

    Ia pun menganggap masalah ini hanyalah sebuah kesalahan komunikasi belaka. Menurutnya akar utama dari persoalan ini adalah salah satu staf hukum Roy Suryo telah salah memberikan saran untuk mensomasi dengan dasar judul berita dari salah satu media. - Pulau Pari

    "Kita sebenarnya enggak ada masalah. Saya enggak pernah ngatain apa-apa kok. Itu cuma beliau baru pulang dari Halmahera, tiba-tiba dilaporin sama bagian hukumnya, ada koran tulis judulnya begitu. Saya sudah BBM sama beliau untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.

    Sebelumnya pada tanggal 9 Juni 2014 kemarin, Roy Suryo mengadakan konferensi pers di kantor Kemenpora. Dalam konferensi pers tersebut, ia menyatakan akan melayangkan somasi kepada Ahok.

    Roy menuntut permintaan maaf dari Ahok atas beberapa pernyataannya di media yang menuding pemerintah pusat melalui Kemenpora telah menghambat pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) karena tak kunjung memberikan izin pembongkaran Stadion Lebak Bulus yang akan dijadikan depo MRT.

    Sumber :  http://metro.news.viva.co.id/news/read/511323-ahok-tak-mau-minta-maaf-pada-roy-suryo